LAPORAN
PRAKTIKUM
REAKSI
ESTERIFIKASI
“PEMBUATAN
ETIL ASETAT”
OLEH
KELOMPOK VI
KELAS
A
Jhon Alperdo H.S. (
1207136350 )
Lukman Arifin (
1207121229 )
Rahmawati (
1207121230 )
JURUSAN
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Laporan ini telah
diperiksa dan dinilai oleh dosen
pembimbing
Praktikum Kimia Organik
Disusun
oleh:
Jhon Alperdo H.S. (
1207136350 )
Lukman Arifin (
1207121229 )
Rahmawati (
1207121230 )
Pekanbaru, 30
Maret 2013
Menyetujui
Asisten Dosen Pembimbing
Maulana
Shadily Drs. Irdoni, HS. MS
NIM : 0707120193
NIP : 195704151986091001
ABSTRAK
Etil asetat adalah senyawa ester yang memiliki
rumus molekul CH3COOC2H5 yang bersifat polar menengah volatil (mudah
menguap) dengan berat molekul 88 gram/mol dan titik didih 770C serta
memiliki aroma khas. Etil Asetat merupakan senyawa yang terbentuk melalui
reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dengan etanol serta asam sulfat sebagai katalis dimana reaksinya
bersifat reversible. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari reaksi
esterifikasi terhadap asam karboksilat dan juga membuat etil asetat dalam skala
labor.Ke dalam labu didih dasar bulat dimasukkan 14 ml asam
asetat dan 29 ml etanol serta beberapa butir batu didih. Selanjutnya
tambahkan 5 ml asam sulfat pekat, lalu digoyangkan dalam air.
Kemudian sambungkan labu dengan kondensor refluk terbalik, dan direfluk selama
70 menit pada suhu 74-760 C. Hasil destilasinya dimasukkan kedalam
corong pisah, kemudian cuci dengan Na2CO3 20%, buang
lapisan zat pengotornya. Selanjutnya keringkan CaCl2 anhidrat
sampai suhu 1000C, lalu tambahkan 3 sendok ke dalam larutan ester dan saring dengan kertas saring. Volume etil asetat
yang didapat sebesar 17 ml, dengan rendemen 68,8%.
Kata kunci : asam karboksilat, destilasi,etil asetat,
esterifikasi fischer,refluks,
ABSTRACT
Ethyl acetate is the ester
compound that has the molecular formula CH3COOC2H5
a medium polar
volatile (easily evaporated)
with a molecular weight of 88 g / mol and a boiling point
of 770C and has a
distinctive aroma. Ethyl Acetate
is a compound formed by the reaction of fischer esterification of acetic acid
with ethanol and sulfuric acid as a catalyst where the reaction is reversible.
The experiment was carried out to study the reaction of the carboxylic acid
esterification and also makes ethyl acetate in laboratory scale.. To a boiling
flask round base insert 14 ml acetic acid and 29 ml of
ethanol and a few boiling stones. Next add 5 ml of
concentrated sulfuric acid and then shaken in the water. Then connect the flask
with a reflux condenser upside down, and reflux it for 70 minutes at a
temperature of 74-760 C. Results distillate inserted into a separating funnel and wash with 20% Na2CO3,
flue lining substance impurities. Furthermore, dry CaCl2 to 1000C
temperature, then add 3 tablespoons of the solution ester and filtered with
filter paper. Volume of ethyl acetate were obtained at 17 ml, with a
yield of 68,8%.
Keywords:
carboxylic acid,destilation,ethyl acetate, fischer esterification,refluks
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ester merupakan senyawa yang penting dalam industri dan
secara biologis. Ester yang merupakan turunan asam karboksilat yang mana gugus
– OH pada asam karboksilat (RCOOH) diganti menjadi gugus –R ( alkil ) sehingga
menjadi ester dengan rumus RCOOR. Ester terdapat pada hampir semua makhluk hidup terutama
tumbuh-tumbuhan. Ester mempunyai sifat kimia yang sangat khas yaitu berbau
cukup menyengat terutama berbau harum, sehingga ester banyak diproduksi oleh
makhluk hidup untuk menarik lawan jenis maupun untuk membantu metabolisme dan
aktivitasnya terutama pada tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk menarik
serangga untuk membantu penyerbukan yang mana bau tersebut berasal dari
campuran yang kompleks dari ester volatil. Oleh karena sifatnya itu ester
banyak dimanfaatkan oleh manusia, baik yang diekstrak langsung dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan ataupun disintetis melalui reaksi-reaksi kimia.
Etil
asetat merupakan cairan tidak berwarna yang mempunyai berat molekul 88.12 g/mol
dengan rumus molekulnya adalah C4H5O2. Senyawa
ini adalah hasil reaksi dari asam karboksliat dan alkohol dengan bantuan
katalis berupa asam sulfat pekat. Zat ini merupakan pelarut polar menengah yang
volatile (mudah menguap) tidak
beracun dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan
larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya semakin
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil
dalam air yang mengandung basa atau asam. Etil asetat sering disingkat EtOAc,
dengan Et mewakili gugus etil san OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi
dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat dibuat melalui reaksi Esterifikasi
Fisher dari asam asetat dan etanol. Reaksi esterifikasi adalah reaksi
pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama alkohol
dengan katalis asam.
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi
Fischer dari asam asetat dan etanol, biasanya disertai katalis asam seperti
asam sulfat.
CH3CH2OH + CH3COOH
CH3COOCH2CH3+
H2O
Reaksi diatas
merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Karena
itu, rasio hasil dari reaksi diatas menjadi rendah jika air yang terbentuk
tidak dipisahkan. Di laboratorium, produk etil asetat yang terbentuk
dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan aparatus Dean-Stark.
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam
asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti
asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya
reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer. Untuk memperoleh rasio
hasil yang tinggi, biasanya digunakan asam kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya
natrium hidroksida.
Etil asetat
merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5.
Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar yang
cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi
rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum, digunakan
pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak
industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya.
Pada skala
industri, etil asetat diproduksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat
(CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis dalam suasana asam (H2SO4).
1.2 Tujuan
· Mempelajari
reaksi esterifikasi terhadap asam karboksilat.
· Membuat
etil asetat dalam skala labor.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Ester
Ester
diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR (R
adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa organik yang bersifat netral, tidak
bereaksi dengan logam Na dan PCl3. Ester termasuk salah satu turunan
asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan suatu asam (karboksilat)
dengan alkohol atau phenol. Rumusnya: RCOOR’
dimana R dan R’ adalah gugus organik.
Ester yang terrdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut
dalam air dengan bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam
karboksilat dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak,lilin, dan minyak.
Tabel 2.1 Rumus Umum dan Struktur
As.Karboksilat dan Ester
Kelompok Senyawa
|
Gugus Fungsi
|
Rumus Umum
|
Asam Karboksilat
|
-COOH
|
R-COOH
|
Ester
|
-COO-
|
R-COOR’
|
Sumber : Alipart,2011
2.2 Sifat-sifat Ester
2.2.1 Sifat-sifat
Fisika Ester
Sifat sifat ester secara
fisika yaitu :
1. Senyawa cair yang tidak berwarna
2. Sedikit larut dalam air
3. Bau semerbak
4. Mudah menguap
2.2.2 Sifat Kimia Ester
Sifat sifat kimia yang
dimiliki oleh ester adalah :
1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai
bau buah-buahan
2. Senyawa ester pada umumnya sedikit
larut dalam air
3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan
dengan asam atau alkohol pembentuknya
4.
Ester merupakan senyawa karbon yang netral
5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis
Contoh :
R–COOR’ + H2O R –COOH
+ R’OH
Ester As.Alkanoat Alkohol
Gambar 2.2 Hidrolisis Ester (Fessenden,1982)
6. Ester dapat direduksi
dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah senyawa
alkohol
Contoh :
R–COOR’ + 2H2 R
–CH2 –OH + R’ –OH
Ester Alkohol Alkohol
Gambar 2.3 Reduksi Ester (Fessenden,1982)
7. Ester
khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam sabun) dan gliserol.
Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi/penyabunan.
8. Hidrolisis Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh
asam membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan
kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis lemak atau minyak menghasilkan gliserol
dan asam-asam lemak. Contoh hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan
gliserol dan asam stearat.
Penamaan ester hampir menyerupai dengan
penamaan basa.walaupun tidak benar-benar mempunyai kation dan anion, namun
memiliki kemiripan dalam sifat lebih elektropositif dan keelektronegatifan.
Suatu ester dapat dibuat sebagai produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu
asam (pada umumnya suatu asam organik) dan suatu alkohol atau campuran zat asam
karbol,walaupun ada cara-cara lain untuk membentuk ester. Pemadatan adalah
suatu jenis reaksi kimia di mana dua molekul bekerja sama dan menghapuskan
suatu molekul yang kecil, dalam hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil
eliminasi suatu molekul air.
Pembentukan ester melalui asilasi
langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer
lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrarida asam atau asil klorida.
Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang
rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan
pemisahan air yang menjadi hasil reaksi.
Pemisahan air dilakukan melalui
distilasi Dean -Stark atau penggunaan saringan molekul. Untuk mendapatkan ester
yang tinggi dari reaksi kesetimbangan tersebut, reaksi harus diusahakan
bergeser ke kanan dengan cara memberikan asam karboksilat atau alkohol
berlebih, atau memisahkan antara ester yang terjadi dari hasil sampan reaksi.
Penambahan dan pengurangan volume atau jumlah dan konsentrasi dapat
mempengaruhi reaksi adalah sebagai berikut:
a. Jika
konsentrasinya dikurangi maka reaksi akan bergeser ke arah zat tersebut.
Berarti jika konsentrasi etanol dikurangi maka produknya akan berkurang dan
kestimbangan bergeser ke kiri.
b. Jika
konsentrasinya ditambah maka reaksi bergeser dari arah zat tersebut. Berarti
jika konsentrasi asam asetat ditambah, maka produk akan bertambah karna
bergeser ke kanan.
c.
Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan
bergeser ke arah kiri yaitu arah reaksi yang endoterm (+) dan produk akan
berkurang. Jika suhu diturunkan (kalor dikurangi), maka reaksi akan bergeser ke
arah kanan yaitu arah reaksi yang eksoterm (-).
2.3 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara
asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh
kehadiran ion H+. asam belerang sering digunakan sebagai suatu
katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather jerman,
sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil).
Ester dapat
dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan suatu asam
karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian alkanoat
(bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir
menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3
seperti halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-CH3,metil
metanoat. Karena ester dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan -
oat pada akhiran. Secara umum Ester dari asam berbau harum meliputi benzoat
seperti metil benzoat. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol.
Seperti
kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil
diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air
akan menghasilkan ester
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis
yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat.karena hal ini, asam sulfat, asam
sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis
yang biasa terpilih dalam praktek industrial. Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel
dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi .
Faktor-faktor
yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi, pengadukan,
katalisator,dan suhu reaksi. Proses esterifikasi dalam industri dapat dilakukan secara kontinyu
maupun batch. Pemilihan kedua macam proses tersebut tergantung pada kapasitas
produksinya. Untuk kapasitas produksi yang relatif kecil sebaiknya jenis yang
digunakan adalah proses batch. Sedangkan proses esterifikasi kontinyu
dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar.
1.
Proses Batch Produksi Etil Asetat
Proses
produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah dengan memanaskan 30
bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95% dan 1 bagian asam sulfat dalam
sebuah tangki silinder. Pemanasan dengan menggunakan steam yang dialirkan ke
kolom fraksinasi. Suhu atas kolom fraksinasi dijaga 70oC agar dapat
diperoleh komposisi ternary azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8%
air. Uap hasil puncak dikondensasi, sebagian lagi direfluk, sebagian
diambil sebagai produk.
2.
Proses Kontinyu Produksi etil asetat
Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Asam asetat, etanol dan katalis asam sulfat
direaksikan pada reaktor yang dilengkapi dengan pengaduk. Selanjutnya produk
reaktor dipisahkan pada menara distilasi untuk memperoleh produk dengan
kemurnian tinggi.
2.3.1 Cara-Cara
Lain untuk Membuat Ester
1) Pembuatan Ester dari Alkohol dan Asil Klorida
(Klorida Asam)
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol , maka
reaksi yang terjadi cukup proresif pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester
dan awan-awan dari asap hydrogen yang asam dan beruap.Sebagai contoh, jika kita
menambahkan etanol klorida kedalam etanol,maka akan terbentuk bannyak hydrogen
klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.
CH3COCl
+ CH3CH2OH
CH3COOCH2CH3 + HCl
2) Pembuatan Ester dari Alkohol dan Anhidrada Asam
Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding
reaksi -reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi
yang terbentuk perlu dipanaskan. Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat
sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol. Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar(atau
lebih capat dari pemanasan). Tidak ada perubahan yang bias diamati pada cairan
yang berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk.
(H3CO)2O+CH3CH2OH CH3COOCH2CH3
+ CH3COOH
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi
pembuntukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah
alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya
biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti skandium (III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam
karboksilat terhadap alkohol , seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai
ketimbang asilasi dengan anhidrarida asam atau asil klorida. Kelemahan utama
asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini
harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air
yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean
-Stark atau penggunaan saringan molekul.
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari
beberapa langkah.
1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen
karbonol, sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari aatom karbon karbonil
2. Atom karbon karbonil kemudian diserang atom oksigen
dari alkohol, yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3. Terjadi
pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks
teraktivasi.
4. Protonasi terhadap salah satu gugus
hidroksil, yang diikuti pelepasan molekul air menghasilkan ester.
2.3.2 Pembuatan Ester
Berdasarkan Volatilitas.
Golongan proses dalam proses pembuatan ester
berdasarkan volalitas.
·
Golongan 1.
Dengan ester yang sangat mudah menguap,seperti metil format,metil asetat,dan
etil format,titik didih ester lebih rendah dari pada alkohol,oleh karena itu
ester segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat
dengan metode destilasi bachaus merupaka sebuah contoh dari golongan
ini.metanol dan asam asetat diumpankan kedalam kolom destilasi dan ester segera
dipisahkan sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom.Air
terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang.Ester dan alkohol
dipisahkan lebih lanjut dalam kolom destilasi yang kedua.
·
Golongan 2.
Ester dengan kemampuan menguap sebaikmya dipisahkan dengan cara menghilangkan
air yang terbentuk secara destilasi.Dalam beberapa hal, campuran terner dari
alkohol.air dan ester dapat terbentuk.kelompok
ini layak dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat,semua bagian ester
dipisahkan sebagai campuran uap dengan alkohol dan sebagian air,sedangkan sisa
air akan terakumulasi dalam sistem.Dengan butil asetat,semua bagian air
dipindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester terakmulasi
dalam sistem.
·
Golongan 3.
Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah,beberapa kemungkinan
timbul.Dalam hal butil dan amil alkohol.Contoh proses untuk tipe seperti ini
adalah pembuatan dibutil ftalat.Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang
lebih pendek (metil,etil,propil) dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti
benzena dan toluena untuk memperbesar air yang terdestilasi.Dengan alkohol
bertitik didih tinggi (benzil,furfil,b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu
diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari campuran.
2.4 Reaksi-Reaksi
Ester (Hidrolisis Ester-Ester Sederhana)
2.4.1 Pengertian
Hidrolisis
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi
dengan air. Reaksi inilah yang sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis
dengan air atau dengan asam encer seperti asam hidroklorat encer. Hidrolisis
ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil
keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis dengan air
atau asam encer.
2.4.2 Hidrolisis Menggunakan Air
Atau Asam Encer
·
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah
refluks dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam
sulfat encer.
·
Berikut dua contoh sederhana dari
hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam:
CH3COOCH2CH3+H2O
CH3COOH + CH3CH2OH
CH3CH2COOCH3+H2O CH3CH2COOH +CH3OH
Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik
(reversibel). Untuk melangsungkan hidrolisis sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih.
Air diperoleh dari asam encer, sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer
yang berlebih.
2.4.3 Hidrolisis menggunakan Basa
Encer
·
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester
dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium
hidroksida.
·
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding
dengan menggunakan asam encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya
lebih mudah dipisahkan.
·
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi
menggunakan larutan natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:
·
Pertama, hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium hidroksida:
· CH3COOCH2CH3 +
NaOH CH3COONa +
CH3CH2OH
etil etanoat natrium etanoat etanol
dan
selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:
CH3CH2COOCH3+NaOH CH3CH2COONa+
CH3OH
metil
propanoat natrium propanat metanol
Perhatikan bahwa terbentuk garam natrium bukan asam karboksilat sendiri.
Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan dan selanjutnya
hidrolisis metil propanoat dengan larutan natrium hidroksida yang berlebih,
tidak akan ada ester yang tersisa. Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan
dengan distilasi. Pemisahan ini cukup mudah. Jika anda menginginkan terbentuk
asam bukan garamnya, anda harus menambahkan asam kuat yang berlebih seperti
asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke dalam larutan yang tersisa
setelah distilasi pertama.
Jika anda melakukan ini,
campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion hidrogen ini ditangkap
oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam
garam membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka ketika
bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung. Sekarang asam
karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi.
2.4.4 Hidrolisis ester-ester
kompleks untuk membuat sabun
·
Pembahasan ini berkaitan dengan
hidrolisis basa (dengan menggunakan larutan natrium hidroksida) ester-ester
besar yang ditemukan dalam lemak dan minyak hewani dan nabati.
·
Jika ester-ester besar yang terdapat
dalam lemak dan minyak hewani dan nabati dipanaskan dengan larutan natrium
hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis sama dengan reaksi pada
ester-ester sederhana.
·
Terbentuk asam karboksilat - kali ini,
garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam oktadekanoat (asam stearat).
Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting, yaitu komponen yang
melakukan pembersihan.
·
Juga terbentuk alkohol - kali ini,
alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol (gliserol). Karena hubungannya
dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang disebut sebagai saponifikasi.
2.4.5 Reaksi ester dengan
pereaksi Grinard
Ester
bereaksi dengan dua ekuivalen pereaksi grinard menghasilkan alkohol tersier.
Reaksi berlangsung melalui serangan nukleofil pada gugus karbonil ester. Hasil
awalnya, keton, bereaksi lebih lanjut menghasilkan alcohol tersier.
Metode ini digunakan dalam
pembuatan alcohol tersier damana paling sedikit dua dari 3 gugus alkil yang
melekat pada atom karbon adalah identik.
2.4.6 Reduksi Ester
Ester dapat direduksi dengan litium hidrida menjadi alcohol
O
LiAlH4
R C
OR’ RCH2OH
+ R‘OH
(ester)
(alkohol primer)
2.5 Etil Asetat
Etil
asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5.
Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar yang
cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi
rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum,digunakan
pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak
industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya.
Etil
asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan
ethanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.
Katalis
|
Etanol + Asam Asetat Etil Asetat + Air
C2H5OH
+ CH3COOH CH3COOC2H5
+ H2O
Reaksi
di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia.
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam
asetat dan ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis
karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.
Etil asetat
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.Tidak beracun
dan tidak terhigrokopis.
2.Merupakan
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).
3.Dapat melarutkan air hingga 3%,
dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
4. Merupakan
penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu donor ikatan hidrogen
karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu
hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen.
5.Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
2.5.1
Pembuatan Etil Asetat
Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu
1.Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang
berlebihan dalam suasana asam.
2. Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
Reaksi asam dengan
sintesis Williamson dari ester berlangsung melalui pertukaran atom unsur dua
molekul yang meliputi pelepasan OAg dan reaksi itu pada wujudnya tidak
dihalangi oleh adanya gugus alkil yang bercabang. Kelemahan
cara ini adalah panjangnya prosedur dan mahalnya biaya.
3.Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.
4. Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol.
2.6
Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap
konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi
dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara
alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil,
metanol
adalah
yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling
tinggi (sehingga reaksidisebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia
ini, biodiesel praktis
identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty
Acids Metil Ester (FAME)). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi
metil ester
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam
reaksinya.Tanpa adanya katalis,konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi
berjalan dengan lambat.Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi
adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Produk yang diinginkan dari reaksi
transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak.Terdapat beberapa cara
agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:
a. Menambahkan
metanol berlebih ke dalam reaksi
b. Memisahkan
gliserol
c. Menurunkan
temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm).
2.6.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi
Transesterifikasi
Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi
pembuatan biodiesel selalu menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan
jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta
perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut:
a.
Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus
memiliki angka asam yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%).
Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan
katalis,sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari
kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon
dioksida.
b.
Pengaruh perbandingan molar alkohol
dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan
untuk reaksi adalah 3 moluntuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol
alkil ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat
menghasilkankonversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum ditunjukkan
bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka
konversi yang diperoleh
juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan
pada 3:1 adalah 74-89%.Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat
memberikan konversiyang maksimum.
c.
Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1,metanol akan memberikan perolehan
ester yang tertinggi dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
d.
Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat
reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam.Katalis basa
yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium
hidroksida(NaOH), kalium hidroksida(KOH), natrium metoksida (NaOCH3),dan
kalium metoksida(KOCH3).
Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion
metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan
konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak
nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak
nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium
hidroksida.
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat
1. Labu didih dasar bulat
2. Penangas air
3. Kondensor Leibig
4. Heating Mantel
5. Erlenmeyer (50 ml)
6. Gelas piala (100 ml)
7. Corong pisah
8. Gelas ukur (100 ml)
9. Termometer
10. Statip dan klem
11. Lemari asam
12. Corong
13. Batang pengaduk
3.2 Bahan-Bahan
1. Etanol (C2H5OH 96%)
2. Asam sulfat pekat
3. Asam asetat (CH3COOH pa)
4. Na2CO3 20%
5. CaCl2 anhidrat
3.3 Prosedur Percobaan
1. Masukkan asam asetat 14
ml ke dalam labu didih dasar bulat.
2. Tambahkan etanol sebanyak
29 ml.
3.Tambahkan asam sulfat
pekat 5 ml hati-hati, labu digoyang sempurna sambil didinginkan dalam air.
4.Labu kemudian
disambungkan dengan kondensor refluks selama 70 menit.
5.Setelah dingin, campuran
reaksi didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74-76o C.
Proses destilasi dihentikan jika tidak ada lagi destilat yang menetes.
6.Hasil detilat dimasukkan
kedalam corong pemisah, pisahkan lapisan airnya jika ada.
7.Cuci lapisan ester dengan
larutan Na2CO3 20% sebanyak dua kali didalam corong
pisah. Hasilnya akan terbentuk dua lapisan. Buang lapisan bawah, sedangkan
lapisan atas merupakan etil asetat.
8.Keringkan etil asetat
yang didapat dengan CaCl2 Anhidrat secukupnya didalam gelas piala dan aduk dengan
spatula. Setelah itu saring dengan kertas saring.
9.Lakukan destilasi kembali terhadap ester hasil,
kumpulkan destilat pada suhu 74-76o C (untuk mendapatkan hasil yang
lebih murni).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
· volume etanol yang dipakai = 29 ml
· volume asam asetat yang dipakai = 14 ml
· volume asam sulfat yang dipakai = 5 ml
· suhu destilat yang didapat pada tetesan
pertama = 540C
· 20 menit setelah tetesan ke-I = 670C
· 20 menit setelah tetesan ke-II = 680C
· 20 menit setelah tetesan ke-III = 660C
· 20 menit setelah tetesan ke-IV = 640C
· Volume etil asetat yang didapat dari
proses destilasi = 21 ml
· Volume Na2CO3 yang
terpakai pada saat pencucian = 1,5 ml
· Berat CaCl2 yang terpakai
untuk pengeringan = secukupnya
· Volume etil asetat yang didapat setelah
proses pencucian dan pengeringan = 17 ml
· Rendemen etil asetat yang didapat = 68,8
%
4.2
Pembahasan
Senyawa etil asetat yang dibuat dalam percobaan ini
adalah ester dari etanol dan asam asetat, dengan wujud berupa cairan tak
berwarna dan memiliki aroma khas (balon). Esterifikasi pada dasarnya adalah
reaksi yang bersifat reversibel (dapat balik) karena ketika asam karboksilat
(asam asetat) dan alkohol (etanol) dipanaskan untuk bereaksi maka akan terjadi
reaksi kesetimbangan antara ester dan air, artinya bahwa ester dan air yang
terbentuk dapat kembali menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan
etanol. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak maka
diusahakan agar reaksi cenderung bergeser ke arah produk yaitu dengan cara
reaktan dibuat berlebih yang dalam percobaan ini etanol dibuat berlebih ketika
direaksikan dengan asam asetat.
Pada pembuatan etil asetat hal pertama yang
dilakukan adalah memasukkan etanol 29 ml dan asam asetat sebanyak 14 ml ke dalam labu didih dasar bulat, yang ditambah dengan beberapa batu
didih. Fungsi batu didih adalah untuk menghomogenkan campuran, selain itu juga
sebagai pemerata pemanasan. Kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat sebanyak
5 ml sebagai katalis yang berguna untuk mempercepat
reaksi dan menurunkan energi aktivasi yang
dilakukan dalam lemari asam. Labu didih yang berisi larutan tersebut
didinginkan dengan air yang terdapat pada panangas air dan digoyang sempurna.
Hal ini dimaksudkan agar labu didih tidak pecah, karena terjadi reaksi
eksoterm. Setelah itu larutan tersebut dipanaskan dengan kondensor refluks
terbalik selama 70 menit dengan rentang suhu 74-76℃. Maksud dari refluks terbalik ialah larutan yang
menguap dari labu didih akan masuk ke
kondensor, dan akan kembali lagi ke labu didih. Pada saat refluks suhu harus dijaga konstan pada rentang 74-76 oC.
Jika suhu terlalu rendah maka reaksi tidak akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol
akan menguap, karena titik didih
etanol adalah 78℃. Setelah 70 menit, kemudian larutan didinginkan.
Kemudian larutan didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74-76oC.
Proses destilasi ini bertujuan memisahkan etil etanoat (etil asetat) dengan
air,katalis,sisa asam dan sisa etanol atau dengan kata lain untuk mendapatkan etil asetat murni. Karena produk
lain dari reaksi esterifikasi adalah H2O yang dapat dipisahkan
dengan destilat karena antara air dan etil asetat memiliki perbedaan titik
didih (air : 1000C sedangkan etil asetat : 770C).
Sehingga destilat (memiliki titik didih rendah akan keluar terlebih dahulu)
adalah etil etanoat (etil asetat). Volume etil asetat setelah proses destilasi
sebanyak 21 ml.
Setelah itu, larutan etil asetat tersebut dicuci
dengan Na2CO3 20% pada corong pemisah. Penambahan ini
dimaksudkan untuk mengekstraksi asam sisa dalam larutan etil asetat karena Na2CO3
memiliki kemampuan untuk mengekstrak asam sisa menghasilkan garam natrium yang
larut dalam air. Dari hasil percobaan terlihat bahwa garam natrium yang larut
dalam air ini berada pada lapisan bawah sedangkan senyawa-senyawa organik
berada pada lapisan atas. Pembentukan 2 lapisan ini disebabkan oleh adanya
perbedaan berat jenis, dimana garam natrium yang larut dalam air memiliki berat
jenis yang lebih besar daripada senyawa organik yang terbentuk ( berat jenis Na2CO3
: 2,25 gr/cm3, sedangkan berat jenis etil asetat : 0,89 gr/cm3).
Selain itu, kepolaran juga sangat mempengaruhi terjadinya pemisahan lapisan
ini, dimana garam natrium dalam air ini bersifat polar sedangkan
senyawa-senyawa organik yang dihasilkan (etil asetat dan dietil eter) bersifat
non polar. Berdasarkan sifat kelarutannya, senyawa polar tidak akan larut dalam
pelarut non polar dan begitu pula sebaliknya, pelarut polar tidak dapat
melarutkan senyawa non polar. Lapisan bawah yang terbentuk dibuang sehingga
hanya menyisahkan lapisan atas (etil asetat). Kemudian larutan etil asetat
ditambahkan 3 sendok CaCl2 anhidrat yang sebelumnya dipanaskan dalam
oven selama 5 menit pada suhu 100oC supaya dalam CaCl2
tidak ada lagi kandungan air. Hal ini dimaksudkan agar kadar air yang masih
terdapat pada etil asetat tadi dapat diikat oleh CaCl2 anhidrat, dan terjadi proses pengeringan oleh CaCl2.
Akan terbentuk 2 lapisan kembali dan lapisan bawah dibuang sehingga hanya
menyisahkan lapisan atas yang berupa etil asetat murni.
Volume etil
asetat yang diperoleh adalah 17 ml, dimana
volume yang diperoleh lebih kecil dibandingkan volume awal. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
·
Kemungkinan pada saat proses destilasi,
ester masih tersisa pada labu didih yang tercampur pada asam asam.
·
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
reversibel dan berjalan lambat.
Sehingga rendemen yang diperoleh
dari percobaan ini adalah 68,8%. Sebenarnya hal ini sudah bagus, hanya saja
bila ingin mendapatkan hasil yang lebih maksimum hal tersebut dapat dicapai
yaitu dengan cara ekses reaktan yang besar, pemasangan alat destilasi harus
rapat contohnya kondensor (tidak terdapat celah untuk etil asetat menguap,
karena etil asetat mudah menguap), juga kondisi optimum untuk menghasilkan etil
asetat yaitu pada suasana asam (penambahan H2SO4 sebagai
katalis perlu diperbanyak juga, karena dapat mempercepat pembentukan reaksi),
serta suhu operasi harus pada suhu optimum dan dijaga konstan.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
a. Volume etil asetat murni yang
diperoleh dari percobaan adalah 17 ml.
b. Rendemen yang diperoleh
dari hasil percobaan adalah 68,8 %.
5.2 Saran
1. Pada
pembuatan ester kita harus menjaga suhunya agar konstan berkisar antara 74-76o
C, karena apabila suhu terlalu tinggi dan terlalu rendah, maka ester yang
ingin kita buat hasilnya hanya sedikit
2. Dalam
pemasangan alat harus dilakukan dengan benar karena pada saat destilasi apabila
pemasangan kondensor tidak rapat, maka etil asetat akan menguap sehingga hasil
yang didapat akan sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Alipart, 2011, Pembuatan
etil asetat. http://alipart.blogspot.com/2011/03/pembuatan-etil-asetat.html. diakses 29 Maret 2013.
Anonim, 2009, sifat senyawa
organic.
http://www.chem-is-try.org/materi kimia / sifat senyawa
organik/alkohol/reaksi pengesteran.
diakses 29 Maret 2013.
Clark J, 2007, pembuatan
ester.
http://www.chemistry.org/pembuatanester.pdf.
diakses 29 Maret 2013.
Fessenden,
Ralph J dan Joan S. Fessenden, 1982, Kimia
Organik, Erlangga, Jakarta.
Hart
, Harold (alih bahasa oleh Dr. Suminar Acmadi Ph.D), 1983, “Kimia Organik, Suatu kuliah singkat”, edisi keenam, Erlangga,
Jakarta.
Irdoni,
HS & Nirwana, HZ, 2013, Modul
Praktikum Kimia Organik, Laboratorium
Teknologi Bahan Alam & Mineral Teknik Universitas Riau, Pekanbaru
Suparno, 2006, Ester
dari asam lemak, Penerbit USU, Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar