LAPORAN
PRAKTIKUM
EKSTRAKSI
MINYAK IKAN DARI LIMBAH IKAN PATIN SERTA MENGHITUNG ASAM LEMAK BEBAS
OLEH
KELOMPOK VI
KELAS
A
Jhon Alperdo H.S. (
1207136350 )
Lukman Arifin (
1207121229 )
Rahmawati (
1207121230 )
Zubaidah (
1207112157 )
JURUSAN
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Laporan ini telah
diperiksa dan dinilai oleh dosen
pembimbing
Praktikum Kimia Organik
Disusun
oleh:
Jhon Alperdo H.S (
1207136350 )
Lukman Arifin (
1207121229 )
Rahmawati (
1207121230 )
Zubaidah (
1207112157 )
Pekanbaru,
20 Maret 2013
Menyetujui
Asisten Dosen
Pembimbing
M.
Nurrassyidin Drs.
Irdoni, HS. MS
NIM : 0907114121
NIP : 195704151986091001
ABSTRAK
Minyak ikan biasanya diproduksi dalam dua bagian
berbeda, yaitu minyak hati ikan dan minyak badan ikan, yang merupakan produk
samping hasil pengolahan ikan. Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi minyak
dari limbah ikan patin dan menentukan kadar asam lemak bebas yang terdapat
didalamnya, karena kadar asam lemak bebas menentukan bagus tidaknya mutu suatu
minyak. Ekstraksi minyak ikan dilakukan dengan menggunakan metode rendering
karena kadar air yang tinggi pada sampel, dan diperoleh rendemen sebesar 61,55
%. Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak ikan tersebut adalah
0,7833 %, dan densitas minyak ikan adalah sebesar 2,346 gram/ml.
Kata
kunci : Asam lemak
bebas, Ekstraksi, Rendering
ABSTRACT
Fish
oil usually produced in two different part, that is liver oil and fish body
oil, which both is a fish produced product. The purpose of this experiment is for
isolating oil from catfish waste and calculating measure of free fatty acid,
because the free fatty acid is a indicator good or not a fish oil. Fish oil
extrusion use rendering method because high measure of water in the sample, and
get yield of oil 61,55%. Measure of fatty acid which in the fish oil is 0,7833%,
and fish oil density is 2,346 gram/ml.
Keywords :
Extrussion, Free fatty acid, Rendering
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan
patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai
komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Ikan
patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti
perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan
catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang
kumis pendek yang berfungsi sebagai
peraba(BP3MD,2012 ).
Minyak
ikan terbuat dari hasil ekstrak hati ikan dan dijual dalam bentuk sirup atau
kapsul. Minyak ikan menjadi suplemen favorit karena kandungan Omega 3 yang
tinggi di dalamnya. Selain itu,
minyak ikan juga mengandung vitamin A dan D yang juga dibutuhkan oleh tubuh.
Karena termasuk salah satu zat yang rendah kolesterol, banyak para ahli gizi
yang menyarankan minyak ikan dikonsumsi sebagai suplemen tambahan untuk
kesehatan tubuh ( Daherba, 2011 ).
Secara umum, minyak ikan
diperoleh dengan cara mengekstraksinya dari tubuh ikan yang mengandung lemak.
Metode ekstraksi minyak ikan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (1)
dari proses pembuatan fishmeal, yang terdiri dari beberapa metode: (i)
fraksinasi metode sentrifugasi kecepatan tinggi (high-speed centrifugation),
(ii) ekstraksi pelarut suhu rendah (low temperature solvent extraction), (iii)
ekstraksi fluida superkritikal (supercriticalfluid extraction), maupun (iv)
metode rendering uap atau basah dan metode
lainnya adalah (2) acid ensilage ( Slamet, 2008 ).
1.2 Tujuan Praktikum
a. Mengisolasi minyak ikan dari limbah
ikan patin
b.
Menghitung rendemen
c.
Menghitung kadar asam lemak bebas pada minyak ikan dari limbah ikan patin
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak
dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak
mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah
larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan zat terlarut. Tetapi
polaritas bahan dapat berubah karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak
dalam larutan KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari
aslinya sehingga mudah larut serta dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam
lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan asam
sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali
mudah diekstraksi dengan pelarut non-polar.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol,
yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga merupakan
senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan
gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Netti Herlina, 2002).
2.1.1 Pembentukan
Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Dalam pembentukannya,
trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga
molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda –beda), yang
membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air.
Bila
R1=R2=R3, maka
trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana (simple
triglyceride), sedangkan bila R1, R2, dan R3 berbeda,
maka disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride) (Netti Herlina,
2002).
2.1.2 Klasifikasi Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak dapat dibedakan
berdasarkan beberapa penggolongan, yaitu:
2.1.2.1 Berdasarkan
kejenuhannya (ikatan rangkap)
a.
Asam lemak jenuh
Nama
asam
|
Struktur
|
Sumber
|
Butirat
|
CH3(CH2)2CO2H
|
Lemak
susu
|
Palmirat
|
CH3(CH2)14CO2H
|
Lemak
hewani dan nabati
|
Stereat
|
CH3(CH2)16CO2H
|
Lemak
hewani dan nabati
|
Tabel 2.1
Contoh-contoh dari asam lemak jenuh
b. Asam lemak tak
jenuh
Nama
asam
|
Struktur
|
Sumber
|
Palmitoleat
|
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H
|
Lemak hewani
dan nabati
|
Oleat
|
CH3(CH2)7CH=CH(CH2) 7CO2H
|
Lemak
hewani dan nabati
|
Linoleat
|
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH
(CH2)7CO2H
|
Minyak nabati
|
Linolenat
|
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH
(CH2) 7CO2H
|
Minyak biji
rami
|
Tabel 2.2
Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh
Asam
lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai
hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu
sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud
padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu
ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. asam lemak dengan lebih dari satu
ikatan dua tidak lazim, terutama
terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak
jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak (Netti Herlina,
2002).
2.1.2.2 Berdasarkan sifat mengering
Sumber
|
Keterangan
|
Minyak tidak mengering (non-drying oil)
|
-
tipe
minyak zaitun, contoh: minak zaitun,minyak buah persik,minyak kacang
-
tipe
minyak rape,contoh: minyak biji rape, minyak mustard
-
tipe
minyak hewani contoh; minyak sapi
|
Minyak Setengah mengering
(semi-drying oil)
|
Minyak yang
mempunyai daya mengering yang lebih lambat. Contohnya: minyak
biji kapas, minyak
bunga matahari
|
Minyak nabati mengering
(drying –oil)
|
Minyak yang
mempunyai sifat dapat mengering jika kena oksidasi, dan akan berubah menjadi
lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan
di udara terbuka.
Contoh: minyak kacang kedelai, minyakbiji karet
|
Tabel 2.3 pengklasifiksian lemak dan minyak
berdasarkan sifat mengering.
2.1.2.3 Berdasarkan sumbernya
Sumber
|
Keterangan
|
Berasal dari tanaman (minyak
Nabati)
|
- biji-biji
palawija. Contoh: minyak jagung, biji kapas
- kulit buah
tanaman tahunan. Contoh: minyak zaitun, minyak kelapa sawit
- biji-biji
tanaman tahunan. Contoh: kelapa, coklat, inti sawit
|
Berasal dari hewan (lemak hewani)
|
-
susu hewan peliharaan, contoh: lemak susu
-
daging hewan peliharaan, contoh: lemak sapi,
oleosterin
-
hasil laut, contoh: minyak ikan sardin, minyak
ikan paus.
|
Tabel 2.4 pengklasifikasian
lemak dan minyak berdasarkan sumbernya.
2.1.2.4 Berdasarkan kegunaannya
Nama
|
Kegunaan
|
Minyak meneral (minyak bumi)
|
Sebagai bahan
bakar
|
Minyak
nabati/hewani
(minyk/lemak)
|
Bahan makan
bagi manusia
|
Minyak atsiri (essential oil)
|
Untuk obata-obatan. Minyak ini mudah
menguap pada temperatur kamar, sehingga disebut juga minyak terbang.
|
Tabel 2.5 pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan kegunaanya.
2.1.3 Sifat-sifat Lemak dan Minyak
2.1.3.1 Sifat-sifat fisika Lemak
dan Minyak
1.
Bau amis (fish flavor) yang disebabkan
oleh terbentuknya trimetil-amin dari lecitin
2.
Bobot jenis dari lemak dan minyak
biasanya ditentukan pada temperatu kamar
3.
Indeks bias dari lemak dan minyak
dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4.
Minyak/lemak tidak larut dalam air
kecuali minyak jarak (coastor oil0, sedikit larut dalam alkohol dan larut
sempurna dalam dietil eter,karbon disulfida dan pelarut halogen.
5.
Titik didih asam lemak semakin meningkat
dengan bertambahnya panjang rantai karbon
6.
Rasa pada lemak dan minyak selain
terdapat secara alami ,juga terjadi karena asam-asam yang berantai sangat
pendek sebaggai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.
7.
Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara
mendinginkan campuran lemak atau minyak dengan pelarut lemak.
8.
Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan
untuk mengidentifikasikan minyak/lemak
9.
Shot melting point adalah temperratur
pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak / lemak
10.
Slipping point digunakan untuk
pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya
2.1.3.2 Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak
a.
Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari
trigliserida,menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan:
b.
Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat
terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
c.
Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
d.
Hidrogenasi
Proses
hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak
pada lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai , minyak didinginkan
dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak yang
bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
e.
Pembentukan keton
Keton
dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
f.
Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau
tengik pada lemak atau minyak.
2.1.4 Perbedaan Antara Lemak dan Minyak
Perbedaan antara lemak dan minyak antara lain, yaitu:
a.
Pada temoperatur kamar lemak berwujud
padat dan minyak berwujud cair
b.
Gliserrida pada hewan berupa lemak
(lemak hewani) dan gliserida pada tumbuhan berupa miyak (minyak nabati)
Komponen
minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak asam lemak tak jenuh
sedangkan komponen lemak memiliki asam lemak jenuh.
2.1.5 Kegunaan Lemak dan Minyak
Lemak dan
minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi kehidupan makhluk
hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lain (Netti Herlina, 2002):
1. Memberikan
rasa gurih dan aroma yang spesipek
2. Sebagai
salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul
3. Sumber
energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,karena lemak
dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter
gram lemak atau minyak. Sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4
kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat.
4. Karena
titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan di mana bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang
dikandungnya atau menjadi kering.
5. Memberikan
konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan roti.
6. Memberikan
tektur yang lembut dan lunak dalam pembuatan es krim.
7. Minyak
nabati adalah bahan utama pembuatan margarine
8. Lemak
hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega
9. Mencegah
timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam lemak esensial.
2.2
Asam Lemak
Asam lemak adalah senyawa alifatik
dengan gugus
karboksil berderajat tinggi (memiliki rantai karbon lebih
dari 6). Bersama-sama dengan gliserol,
merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku
untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak
masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara
alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun
terikat sebagai gliserida.
Asam lemak dibedakan
menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya
memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam
lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom
karbon penyusunnya. Kedua jenis ikatan dalam asam lemak inilah yang menyebabkan
perbedaan sifat fisik antara asam lemak satu dengan lainnya.
2.2.1
Karakteristik
( wikidiatas)
Asam lemak tidak lain adalah asam
alkanoat atau asam karboksilat
dengan rumus kimia R-COOH or R-CO2H. Contoh yang cukup sederhana
misalnya adalah H-COOH yang adalah asam format,
H3C-COOH
yang adalah asam asetat, H5C2-COOH yang
adalah asam propionat, H7C3-COOH
yang adalah asam butirat dan seterusnya
mengikuti gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal,
sehingga membentuk rumus bangun alkana.
Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak
dibedakan menjadi asam lemak jenuh
dan asam lemak tak jenuh. Asam
lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya,
sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan
ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya.
Asam lemak merupakan asam lemah,
dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu
ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah
membeku dan juga semakin sukar larut.
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi)
daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah
bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan
oksidasi bagi asam lemak.
2.2.2
Asam
Lemak Bebas
Asam
lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral.
Asam
lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak ikan sangat
merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun.
Dan juga mengakibatkan bau tengik pada minyak.
Reaksi pembentukan asam lemak bebas:
2.2.3
Bahaya
Asam Lemak Bebas
Jaringan lemak melepaskan asam lemak bebas dan gliserol ke
dalam darah, di mana asam lemak tersebut diangkut dengan albumian ke hampir
semua organ. Dilain pihak, gliserol berjalan terutama ke dalam hati dan sedikit
ke dalam ginjal; hanya jaringan-jaringan ini tempatnya dapat digunakan.
Proporsi asam lemak bebas yang lebih besar dalam sirkulasi dikonversi menjadi
badan-badan keton, yang merupakan prinsip dalam hati. Badan-badan keton adalah
bentuk energi yang lebih larut dalam air dari pada asam lemak (Linder, 1992).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan
hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam
lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang
tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam
minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan
pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare,
kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada
pusat saraf dan mempersingkat umur.
Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik
untuk jantung dan pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun
ada salah pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan
kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak produk
makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai nonkolesterol.. Konsumsi lemak
akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini berpengaruh adalah
jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang terdapat
dalam minyak sayuran (Almatsier, 2002).
2.3 Ikan
Patin
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar,
berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna
kebiru-biruan.Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena
memiliki harga jual yang tinggi.Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat
perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya.Ikan ini
cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam
usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan
perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak
mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk
membesarkan ikan ini.Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung
kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish).Pada sudut
mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
2.3.1
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class :
Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
(partim)
2.4
Minyak Ikan
Minyak ikan
termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak ikan dibagi
dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish
liver oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan
minyak tubuh ikan ( body oil ).
Sifat minyak
ikan yang telah dimurnikan atau diuji secara organoleptik, yaitu cairan yang
berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya
berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml dengan angka iod lebih
dari 65 gr/100 gr, angka penyabunan 185-195 mg/gr, asam lemak bebas 0,1-13 %,
dan angka tidak tersabunkan 0,5-2,0 mg/gr.
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori ini merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting
dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik
dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari
produk.
Dalam minyak
ikan terdapat Omega 3, vitamin A, dan vitamin D. Selain itu, minyak ikan juga
merupakan sumber lemak rendah kolestrol yang aman dikonsumsi oleh segala
tingkat usia. Namun jika berlebihan pun tidak baik, karena dapat menyebabkan
keracunan vitamin A dan D. Selain itu juga mengakibatkan adanya penurunan kadar
vitamin E dalam tubuh. Oleh karena itu, hendaknya dikonsumsi sesuai dengan
kebutuhan atau dosisi yang tepat. Misalnya untuk anak yang memiliki berat badan
10 kg, cukup mengkonsumsi minyak itu satu sendok teh saja per harinya.
Minyak ikan
diperoleh dengan cara ekstraki. Ekstraksi minyak adalah suatu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari bahan. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan,
yaitu metode ekstraksi dengan aseton, metode ekstraksi dengan hidrolisa, metode
Dry Rendering, metode Wet Rendering dan ekstraksi dengan silase. Prosedur
yang dilakukan meliputi preparasi sampel, pemanasan, penyaringan, pengepressan,
degumming, dan pemisahan minyak. (modifikasi dari Irianto &
Giyatmi, 2009 dan Sathivel, et al 2003).
Kotoran pada
minyak ikan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pertama adalah kotoran yang
tidak larut dalam minyak (kotoran fisik, air dan protein), kedua adalah kotoran
yang berbentuk susupensi koloid dalam minyak (fosfatida dan karbohidrat) dan
ketiga adalah kotoran yang terlarut dalam (asam lemak bebas, pigmen, mono dan
digliserida, senyawa hasil oksidasi, logam dan bahan-bahan yang tak tersabunkan
(Irianto, 2002).
Kadar
minyak dalam ikan sangat bervariasi, dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:
spesies (jenis) ikan, jenis kelamin, tingkat kematangan (umur), musim, siklus
bertelur, dan lokasi geografis. Komposisi minyak ikan laut lebih kompleks,
mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang, yang lebih banyak dibandingkan
ikan air tawar.
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan
suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua
pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair
(misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode
pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja karena
komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda
sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah.
Dalam hal semacam.itu,
seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang
mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk
bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun
teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah
pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi
yang telah dibakar atau digiling.
Ekstraksi
minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.Adapun ekstraksi minyak atau
lemak itu bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),mechanical
expression dan solvent extraction.
2.5.1 Klasifikasi Ekstrak i( nirwana
dan irdoni )
Ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam,yaitu:
A) Rendering (dry rendering dan wet rendering)
B) Mechanical expression
C) Solvent extraction.
A. Rendering
Rendering
merupakan
suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak dengan kadar air yang tinggi.Pada semua cara rendering,
penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung
didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering
dibagi dengan dua cara,yaitu :
1)
Wet
rendering
2)
Dry
rendering
1)
Wet Rendering
Wet
rendering adalah
proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya
proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup
dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound
tekanan uap (40-60psi). Penggunaan temperature rendah pada wet rendering dilakukan
jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan
diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk,
kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu
50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas
dan kemudian dipisahkan.
2)
Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung.Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator).Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa
penambahan air.Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk.Pemanasan dilakukan pada
suhu 220°F sampai 230°F (105°C-110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya
akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan
dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian
atas ketel.
B. Pengepresan Mekanik (mechanical
expression)
Pengepresan mekanis
merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan bahan
yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari
bahan yang berkadar minyak tinggi(30-70%). Pada pengepresan mekanis ini
diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari
bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,perajangan
dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
C. Ekstraksi Dengan Pelarut
(Solvent extraction)
Prinsip dari proses ini
adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada
cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1
persen atau lebih rendah,dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai
hasil dari expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan
ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam proses
ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter,gasoline carbon
disulfide, karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan. Perlu perhatikan
bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 persen. Bila
lebih,seluruh system solvent extraction perlu diteliti lagi.
Salah satu contoh solvent
extraction ini adalah metode sokletasi.Ekstraksi yang dilakukan menggunakan
metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan
secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan
menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida
dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh.Minyak nabati umumnya larut dalam
pelarut organik, seperti heksan dan benzen.Untuk mendapatkan minyak nabati dari
bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut
yang sesuai.
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
1.
Alat pengukus
2.
Corong Pisah
3.
Kain lap
4.
Buret
5.
Pipet tes
6.
Erlenmeyer
7.
Gelas kimia
8.
Corong
9.
Botol
10.
Statif
11.
Baskom
12.
Sarung tangan
13.
Penangas air
14.
Timbangan
3.2. Bahan :
1.
Limbah ikan patin
2.
NaOH yang telah distandarisasi
3.
Phenolphtalein
4.
Alkohol (etanol)
5.
Air
3.3. Prosedur percobaan :
a.
Pengolahan minyak ikan patin
menggunakan metode Dry Rendering
1.
Bersihkan limbah ikan patin
dan kemudian di timbang.
2.
Bentangkan Kain Serbet
diatas pengukus.
3.
Masukkan Limbah ikan ke
dalam pengukus yang telah diisi air hingga batas yang telah di tentukan
4.
Limbah ikan patin dioven
selama 3 jam.
5.
Setelah 3 jam, Matikan oven
dan keluarkan limbah tadi.
6.
Kemudian limbah ikan di
press menggunakan kain serbet tadi.
7.
Timbang minyak yang di peroleh.
b.
Penentuan kadar asam lemak
bebas
1.
Siapkan larutan NaOH di
dalam buret.
2.
Kemudian ambil sampel minyak
sebanyak 20 ml dan masukkan kedalam Erlenmeyer.
3.
Tambahkan 20 ml alkohol
sebagai pelarut
4.
Tutup mulut erlenmeyer
dengan aluminium foil agar tidak menguap dan teroksidasi.
5.
Panaskan dalam Water
Batch lebih kurang 5 menit.
6.
Tambahkan 2-3 tetes
Phenoptalein sebagai indicator warna.
7.
Lakukan
titrasi sampai warna larutan menjadi tidak berwarna lagi.
8.
Catat
titik akhir titrasi dan tentukan persentase asam lemak bebas.
c.
Uji densitas minyak
1.
Timbang berat piknometer
kosong
2.
Isilah dengan sampel minyak
hingga penuh.
3.
Kemudian timbanglah
piknometer yang telah diisi minyak tadi
4.
Selanjutnya uji densitas
minyak.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
·
Berat sampel kotor : 1 kg
·
Berat sampel bersih : 400 gr
·
Waktu pengovenan : 3 jam
·
Berat minyak yang diperoleh :
288,105 gr
·
Rendemen : 72%
·
Densitas : 0,8973 gr/ml
·
%ALB : 6,286%
·
Rentang waktu penglihatan minyak hasil : 44 jam = 158400 detik
·
Laju pembentukan ALB :
1,82 X 10-3 gr/detik
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah
proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen. Pada
percobaan ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode rendering, yaitu dry rendering. Rendering merupakan suatu cara
ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak
dengan kadar air yang tinggi. Dry rendering adalah proses rendering
tanpa penambahan air selama proses berlangsung, pada percobaan ini yaitu
dengan cara pengovenan (HS, Irdoni dan Nirwana HZ, 2012).
Hal
pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah mencuci limbah ikan patin
kemudian dikeringkan, lalu ditimbang. Selanjutnya limbah ikan patin yang telah
ditimbang tersebut dimasukkan ke dalam wadah (kaleng) yang telah disiapkan
dengan dilapisi serbet yang tidak mencapai dasar wadah (menggantung), lalu
ditutup dan dimasukkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam.
Tujuan dari pengovenan ini adalah untuk menghilangkan kadar air yang masih
terdapat pada sampel (limbah ikan patin). Setelah 3 jam, limbah ikan
dikeluarkan dari oven dan wadah lalu dipress
untuk diambil minyaknya. Kemudian hasil pengepresan tadi dimasukkan ke
dalam corong pisah untuk didapatkan minyak yang murni, prinsip kerja corong
pisah adalah berdasarkan berat jenis. Selanjutnya minyak yang diperoleh dari
corong pisah ditimbang sehingga didapat beratnya sebesar 288,105 gr.
Kemudian
dilakukan proses titrasi untuk menentukan kadar ALB minyak ikan patin, larutan
NaOH disiapkan dalam buret dengan volume
18 ml. Diambil sampel 20 ml minyak ikan patin, dan 20 ml alkohol sebagai
pelarut yang sebelumnya dipanaskan pada water
batch agar larutan homogen. Selanjutnya ditambahkan phenolphtalein 3 tetes yang digunakan sebagai indikator, lalu
dititrasi dengan larutan NaOH 2N. Titrasi berakhir setelah terjadi perubahan
warna menjadi merah muda, dan didapatkan volume NaOH yang digunakan yaitu 2 ml.
Sehingga %ALB dapat dihitung dan diperoleh %ALB sebesar 6,286%, sedangkan %ALB
secara teoritisnya berkisar antara 0,1%-13%. Hal ini menunjukkan bahwa %ALB
yang didapat dari hasil percobaan, masuk dalam rentang tersebut sehingga menunjukan
ketahanan minyak yang didapat cukup baik. Kelompok sebelumnya mendapatkan %ALB
sebesar 2,52 %. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu perlakuan ekstraksi
terhadap sampel yang berbeda, serta jumlah (berat) sampel yang digunakan
berbeda, dalam hal ini berarti %ALB yang didapat mempengaruhi ketahanan minyak
(sampel).
Sebelum
penghitungan %ALB, terlebih dahulu dihitung densitasnya dengan menggunakan
piknometer. Pertama berat piknometer kosong ditimbang, lalu dimasukkan minyak
yang didapat pada percobaan ke dalam piknometer yang kemudian ditimbang lagi.
Sehingga berat minyak didapat, dan piknometer yang digunakan 10 ml menunjukkan volume minyak yang digunakan pada
piknometer. Jadi, densitas minyak dapat dihitung dengan membagi berat minyak
terhadap volume 10 ml yang digunakan.
Didapatlah densitas minyak sebesar 0,8973 gr/ml. Kelompok sebelumnya
mendapatkan densitas sebesar 0,8936 gr/ml. Perbedaan densitas yang tidak begitu
jauh ini menunjukkan berat sampel yang diperoleh untuk perhitungan densitas
tidak berbeda jauh, serta menggunakan volume
yang sama yaitu 10 ml.
Selanjutnya
penghitungan rendemen, minyak yang diperoleh adalah 288,105 gr dari sampel
sebesar 400 gr sehingga diperoleh rendemen sebesar 72%. Sedangkan kelompok
praktikum sebelumnya mendapatkan rendemen sebesar 73,089 %. Perbedaan rendemen
yang juga tidak jauh berbeda, namun besarnya rendemen yang diperoleh dipengaruhi
oleh jumlah sampel yang digunakan dan minyak hasil ekstraksi yang juga berbeda.
Jumlah sampel yang digunakan oleh kelompok sebelumnya adalah 600 gram dengan
minyak yang dihasilkan sebesar 438,535 gram. Sementara jumlah sampel yang kami
gunakan adalah 400 gr dengan berat minyak hasil 288,105 gram.
Setelah
dua hari praktikum, dilihat kembali minyak ikan hasil ekstraksi. Ternyata
terbentuk endapan, pembentukan endapan ini dikarenakan kandungan asam lemak
jenuh yang terdapat pada minyak ikan patin dan panjang rantai karbonnya. Serta
adanya pembentukan asam lemak bebas yang disebabkan oleh proses hidrolisa yang
dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya temperatur, waktu penyimpanan, dan
kandungan air. Hal ini dilakukan untuk menghitung laju pembentukan ALB, berat
yang digunakan adalah berat minyak yang diperoleh dari hasil percobaan, yaitu
288,105 gr. Praktikum selesai pada jam 15.00 WIB dan 2 hari kemudian pengamatan
pada minyak hasil ekstraksi dilihat pada jam 11 siang. Sehingga rentang
waktunya adalah 44 jam = 158400 detik, dan laju pembentukan ALBnya adalah 1,82
x10-3 gr/detik.
Inilah
tabel perbandingan dari kelompok kami dan kelompok praktikum sebelumnya dengan
metode ekstraksi yang sama, yaitu dry
rendering.
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Percobaan Ekstraksi Minyak
Limbah Ikan Patin
Variabel
|
Data 1
|
Data 2
|
Proses
|
Dry rendering
|
Dry rendering
|
Suhu
|
105oC
|
105oC
|
Waktu
|
3
jam
|
3
jam
|
Berat
sampel
|
400
gr
|
600
gr
|
Berat
minyak
|
288,105
gr
|
438,535
gr
|
Rendemen
|
72%
|
73,089%
|
Densitas
|
0,8973
gr/ml
|
0,8936 gr/ml
|
%ALB
|
6,286%
|
0,05%
|
Laju
ALB
|
1,82
x 10-3 gr/detik
|
2,7 x 10-3 gr/detik
|
Dari data di atas, Minyak
yang diperoleh oleh kelompok kami adalah 288,105 gr dari sampel sebesar 400 gr
sehingga diperoleh rendemen sebesar 72%. Sedangkan kelompok praktikum
sebelumnya mendapatkan rendemen sebesar 73,089 % dari minyak yang diperoleh
sebesar 438,535 gr dengan sampel 600 gr. Perbedaan rendemen tidak jauh berbeda,
namun besarnya rendemen yang diperoleh dipengaruhi oleh jumlah sampel yang
digunakan dan minyak hasil ekstraksi yang juga berbeda.
Densitas minyak yang kami dapatkan
adalah sebesar 0,8973 gr/ml. Kelompok sebelumnya mendapatkan densitas sebesar 0,8936
gr/ml. Perbedaan densitas yang tidak begitu jauh ini menunjukkan berat sampel
yang diperoleh untuk perhitungan densitas tidak berbeda jauh, serta menggunakan
volume yang sama yaitu 10 ml.
%ALB kelompok kami sebesar 6,286%,
sedangkan kelompok sebelumnya mendapatkan %ALB sebesar 0,05% %. Perbedaan ini
disebabkan oleh jumlah (berat) sampel yang digunakan berbeda, dalam hal ini
%ALB yang didapat mempengaruhi ketahanan minyak juga. Peningkatan kadar ALB ini
terjadi disebabkan adanya proses hidrolisa dan enzim. Proses hidrolisa yaitu
terjadinya penguraian kimiawi yang dibantu oleh air. Reaksi hidrolisa yang
terjadi pada minyak akan mengakibatkan kerusakan pada minyak karena terdapat
sejumlah air dalam minyak tersebut sehingga membentuk asam lemak bebas dan
beberapa gliserol (Ketaren, 2008). Semakin besar proses hidrolisis terhadap
minyak maka semakin besar pula pembentukan asam lemak bebas. Enzim bekerja
optimal pada suhu kamar (25oC-27oC), sehingga pada suhu
kamar terjadi pembentukkan asam lemak yang paling tinggi/paling banyak. Asam
lemak bebas akan terbentuk dengan berjalannya waktu, yang disebabkan oleh aktifitas
mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim atau air. Kadar
ALB yang tinggi akan menyebabkan turunnya mutu minyak, rasanya tidak enak dan
terjadinya perubahan warna serta menurunnya rendemen minyak (Harold, 1990).
Laju pembentukan ALB kelompok kami adalah 1,82 x10-3
gr/detik, sedangkan laju pembentukan ALB kelompok sebelumnya adalah 2,7 x 10-3
gram/detik. Hal ini dipengaruhi oleh ketahanan sampel yang digunakan, berat
minyak hasil ekstraksi yang didapat, dan lama rentang waktu penglihatan dan
penimbangan minyak hasil kembali. Berat minyak hasil ekstraksi yang didapat
mempengaruhi laju pembentukan ALB, karena semakin banyak berat minyak ekstraksi
yang dihasilkan (yang akan digunakan pada perhitungan laju pembentukan ALB)
maka semakin cepat laju pembentukan ALB, dan semakin sedikit berat minyak
ekstraksi yang dihasilkan maka semakin lambat laju pembentukan ALB. Lama
rentang waktu penglihatan dan penimbangan minyak hasil kembali juga
mempengaruhi laju pembentukan ALB. Semakin lama rentang waktu penglihatannya
maka perhitungan yang diperoleh untuk laju pembentukan ALB akan semakin lambat,
hal ini dikarenakan pada saat penimbangan kembali berat minyak telah berkurang
akibat terbentuknya endapan. Apabila minyak dibiarkan semakin lama akan semakin
banyak endapan yang terbentuk karena proses hidrolisa, dan enzim (seperti yang
telah dijelaskan di atas), sehingga mempengaruhi laju pembentukan ALB karena
perhitungan untuk laju pembentukan ALB adalah berat minyak dibanding dengan waktu
(lama waktu penglihatan dan penimbangan kembali).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Minyak ikan patin yang didapat adalah sebesar
288,105 gr.
2.
Rendemen yang diperoleh adalah sebesar 72%.
3.
Densitas minyak adalah sebesar o,8973 gr/ml.
4.
%ALB
minyak yang dihasilkan adalah sebesar 6,286%.
5.
Laju
pembentukan ALBnya adalah sebesar 1,82 X 10-3
gr/detik.
5.2 Saran
1.
Pada saat pemilihan sampel (limbah ikan patin),
pilihlah isi perutnya yang berwarna kuning.
2.
Pada proses pemisahan di corong pisah, tunggu hingga
endapannya turun terlebih dahulu baru dilakukan pemisahan agar hasil yang
diperoleh lebih murni.
3.
Pada saat titrasi, lakukan dengan hati-hati
agar tidak melewati titik akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A, 2009, Minyak Lemak,
Minyak Ikan yang Kaya Manfaat, http://www.anneahira.com/miyak-lemak.htm, 2 Desember 2012.
Almuslimun, supry 2010, Proses
Pengolahan Minyak Ikan, http://laskarsa mudra.blogspot.com/2010/03/proses-pengolahan-minyak-ikan.html, Diakses 2 Desember 2012.
Candra, Asep 2011, Manfaat di
balik amisnya minyak ikan, http://
health.kompas.com/read/2011/05/17/11341740/Manfaat.di.Balik.Amisnya.Minyak.Ikan,
Diakses 2 Desember 2012.
Hart, Harold 1990, Kimia
Organik: Suatu Kuliah Singkat,
Jakarta, Erlangga.
HS, Irdoni dan Nirwana HZ, 2012, Modul
Praktikum Kimia Organik, Teknik
Kimia Unri, Pekanbaru.
Irianto, H. E 2002, Diversifikasi Pengolahan Produk Perikanan,
Jakarta, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jarreau, Emile 2009, Fungsi Minyak Ikan Pada Kesehatan Anda, http://
sehatmusehatku.wordpress.com/2009/10/05/fungsi-minyak-ikan-pada-kesehatan-anda/, 2 Desember 2012.
Ketaren, 1986, Minyak dan Lemak
Pangan, UI-Press, Jakarta.
Ketaren, S., 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
Winarno, 1995, Kimia
Pangan dan Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
BalasHapusInfo yang menarik mengenai ekstrasi minyak ikan Omega-3 daripada limbah ikan patin. Namun pengambilan minyak ikan Omega-3 boleh juga mendatangkan kemudaratan sekiranya ianya diambil dalam dos yang berlebihan. Antaranya ialah ia boleh mendatangkan 'reversal effect' iaitu sistem imunisasi badan yang sepatutnya menjadi lebih kuat dengan pengambilannya akan menjadi lemah. Akibatnya seseorang itu akan mudah mendapat penyakit berjangkit dan penyakit kronik seperti kanser dan sebagainya. Selain itu, kesan terlebih dos minyak ikan Omega-3 juga ialah darah kita akan menjadi terlalu cair lalu meningkatkan risiko perdarahan luaran dan dalaman.