visitor

Rabu, 27 Maret 2013

teori esterifikasi



BAB II
  LANDASAN TEORI
2.1.   Pengertian Ester
Dalam ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang menggantikan suatu atom hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan asam yang tidak tersusun teratur; sebagai contoh, dimetil sulfat yang juga disebut “asam belerang, dimethyl ester” (Anonim, 2006).
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR ( R adalah gugus alkil atau aril ). Ester merupakan turunan dari asam karboksilat yang diperoleh dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan alcohol atau phenol. ( Nurul,2012 )
Description: C:\Users\TOSHIBA\Pictures\ure.PNG

                                                Gambar 2.1 Rumus umum Ester
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol danasam karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan daripengesteran. Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi –COOR adalah alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate. ( Vivi Arianti,2013 )

2.2 Sifat-sifat Ester
2.2.1 Sifat-sifat fisika ester
1.      Ester suku rendah merupakan zat cair yang mudah menguap dengan bau harum dari beberapa buah buahan dan bunga bungaan
2.      Ester suku tinggi berupa minyak,lemak,atau lilin
3.      Semakin banyak atom C semakin tinggi titik didihnya.
Nama Trivial
Struktur
Titik Didih (C)
Metil metanoat
HCO2CH3
31,6
Metil asesat
CH3CO2CH3
57,5
Etil asetat
CH3CO2CH2CH3
77
Propil asetat
CH3CO2CH2CH2CH3
102
Etil butirat
CH3(CH2)2CO2CH2CH3
121
Isoamil asetat
CH3CO2(CH2)2CH(CH3)2
142
Isobutyl propionat
CH3CH2CO2CH2CH(CH3)2
137
Tabel 2.1 Titik Didih beberapa senyawa Alkil alkanoat
2.2.2 Sifat kimia ester
1.      Ester pada umumnya bersifat polar.
2.      Ester yang jumlah atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air.
3.      Kelarutan ester berkurang dengan bertambahnya atom karbon.
4.       Ester  merupakan senyawa karbon yang netral.
5.      Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis
Contoh :
R–COOR’  + H2O                                    R –COOH    +     R’ –OH
                        Ester                                        As.Alkanoat       Alkohol

Gambar 2.2 Hidrolisis Ester (Fessenden,1982)
6.      Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah senyawa alkohol
Contoh :
R–COOR’  +  2H2                                      R –CH2 –OH    + R’ –OH
             Ester                                Alkohol               Alkohol

Gambar 2.3 Reduksi Ester (Fessenden,1982)
7.      Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi/penyabunan.
8.      Hidrolisis Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis lemak atau minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Contoh hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam stearat.
2.3  Tata Nama Ester
1.       Nama Trivial
Untuk ester sederhana, pemberian namanya didasarkan pada nama trivial asam karboksilatnya.

No
Rumus Struktur
Nama Trivial Ester
Nama Trivial As. Karboksilat
1
H-CO-O-CH3
Metil formiat
Asam formiat
2
CH3-CO-O-CH3
Metil asetat
Asam asetat
3
CH3-CH2-CO-O-CH2-CH3
Etil propionat
Asam propionat
4
CH3-(CH2)2-CO-O-CH3
Metal butirat
Asam butirat
5
CH3-(CH2)3-CO-O-CH2-CH3
Etil valerat
Asam valerat
Tabel 2.2 Tata nama pada ester

2.       Nama IUPAC
Bagian dari gugus ester yang mengandung gugus karbonil berasal dar iasam karboksilat, sedangkan gugusan yang terikat pada oksigen berasal dari alkohol atau fenol. Ester yang lebih kompleks menggunakan tata nama IUPAC ,yaitu dengan nama alkil alkanoat . Alkil berasal dari gugus alcohol dan alkanoat berasal dari gugus karboksilat.
Rantai induk ester adalah rantai terpanjang yang mengandung gugusester (-COOR’). Rantai alkil atau gugus lain yang terikat pada rantai induk dinamakan rantai cabang. Penomoran rantai induk dimulai dari salah satu ujung sedemikian sehingga atom C pada gugus ester mendapatkan nomor terkecil, diberi akhiran -OAT, dari nama rantai hidrokarbonnya.

2.4  Faktor  faktor yang mempengaruhi kesetimbangan
a)      Konsentrasi
Jika konsentrasi zat pereaksi diperbesar atau konsentrasi zat hasil reaksi diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser kearah kanan (hasil reaksi). Sebaliknya jika konsentrasi zat pereaksi diperkecil atau konsentrasi zat hasil diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser kearah kiri (zat pereaksi)
b)      Suhu
Jika suhu system diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser kearah reaksi endoterm. Sedangkan jika suhu system diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser kearah eksoterm.

c)      Volume dan Tekanan
Jika volume system diperbesar atau tekanan system diperkecil,reaksi kesetimbangan akan bergeser ke koefisien zat yang memiliki jumlah koefisien lebih besar. Sebaliknya jika volume system diperkecil atau tekanan system diperbesar,reaksi kestimbangan akan bergeser ke koefisien zat yang memiliki jumlah koefisien lebih kecil.

2.5  Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1981).
Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester. (Fessenden, 1981).
Reaktifitas alkohol terhadap esterifikasi  : CH3OH > primer > sekunder > tersier
HCO2H > CH3CO2H > RCH2CO2H > R2CHCO2H > R3CCO2H

 
Reaktifitas asam karboksilat terhadap esterifikasi

Gambar 2.4 reaktifitas asam karboksilat terhadap esterifikasi
H3C-COOH + HO-CH2-CH3              H3C-COO-CH2-CH3 + H2O
 
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud seperti reaksi singkat berikut: (Fessenden, 1982)


Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana hidrogen pada gugus -COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda jika diganti dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen).
Description: esterifkasi 2.jpg






Gambar 2.4 Reaksi Pembentukan Etil Asetat (Clark, 2007)
Variabel yang berpengaruh adalah
1. Suhu
Hal ini dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis dan suhu dapat mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya reversible maka salah satu pereaktan harus dibuat berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan
3. Pencampuran
Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul-molekul pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal
4. Katalis
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan lebih cepat

2.6 Cara-Cara Lain untuk Membuat Ester
1). Pembuatan Ester dari Alkohol dan Asam Karboksilat
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan ester-ester aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin benzen).
RCOOH + R’OH                  RCOOR’ + H2O
 
Reaksi esterifikasi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol R’OH (dimana R dan R’ bisa sama atau berbeda) adalah sebagai berikut:


 


Jadi, misalnya, jika kita membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol, maka persamaan reaksinya adalah:


 


2). Pembuatan Ester dari Alkohol dan Asil Klorida (Klorida Asam)
Metode ini hanya berlaku bagi alkohol dan fenol. Untuk fenol, reaksi terkadang dapat ditingkatkan dengan pertama-tama mengubah fenol menjadi bentuk yang lebih reaktif.
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi yang terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam dan beruap.
Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol krlorida ke dalam etanol, maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.
Zat yang biasanya disebut "fenol" adalah zat yang paling sederhana dari golongan fenol. Fenol memiliki sebuah gugus -OH terikat pada sebuah cincin benzen – dan tidak ada lagi selain itu.
Reaksi antara etanoil klorida dengan fenol mirip dengan reaksi etanol walaupun tidak begitu progresif. Fenil etanoat terbentuk bersama dengan gas hidrogen klorida.


 





3). Pembuatan Ester dari Alkohol dan Anhidrada Asam
            Reaksi ini juga bisa digunakan untuk membuat ester baik dari alkohol maupun fenol. Reaksinya berlangsung lebih lambat dibanding reaksi sebanding yang menggunakan asil klorida, dan campuran reaksi biasanya perlu dipanaskan. Untuk fenol, kita bisa mereaksikan fenol dengan larutan natrium hidroksida pertama kali, yang menghasilkan ion fenoksida yang lebih reaktif.
Berikut contoh etanol yang bereaksi dengan etanoat anhidrida sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol: (Clark, 2007)

1.      Reaksi yang berlangsung pada suhu kamar cukup lambat (atau lebih cepat jika dipanaskan). Tidak ada perubahan yang dapat diamati pada cairan tidak berwarna, tetapi sebuah campuran antara etil etanoat dengan asam etanoat terbentuk.
2.      Reaksi dengan fenol kurang lebih sama, tetapi lebih lambat. Fenil etanoat terbentuk bersama dengan asam etanoat.
3.      Reaksi ini tidak terlalu penting, tapi ada reaksi yang sangat mirip terlibat dalam pembuatan aspirin (dibahas secara rinci pada halaman lain). Jika fenol pertama-tama diubah menjadi natrium fenoksida dengan menambahkan larutan natrium hidroksida, maka reaksinya berlangsung lebih cepat. Fenil etanoat lagi-lagi terbentuk, tapi kali ini produk lainnya adalah natrium etanoat bukan asam etanoat.

Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah
1.      Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2.      Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3.      Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks teraktivasi
4.      Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan molekul air menghasilkan ester.
2.6  Reaksi-Reaksi Ester (Hidrolisis Ester-Ester Sederhana)
1.      Pengertian Hidrolisis      
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti asam hidroklorat encer. Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau asam encer.
2.      Hidrolisis Menggunakan Air Atau Asam Encer
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan. Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam:
a)     
CH3COOCH2CH3+H2O          H+          CH3COOH + CH3CH2OH
 
Hidrolisis Etil Etanoat
                 


b)      Hidrolisis Metil Propanoat
CH3CH2COOCH3+H2O           H+     CH3CH2COOH +CH3OH
 
                 


 
Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel). Untuk melangsungkan hidrolisis sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air diperoleh dari asam encer, sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang berlebih
3.       Hidrolisis menggunakan Basa Encer
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah dipisahkan.
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi menggunakan larutan natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:
Pertama, hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium hidroksida:
CH3COOCH2CH3 + NaOH                   CH3COONa + CH3CH2OH
etil etanoat                                              natrium etanoat           etanol
 
     
      dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:


 



Perhatikan bahwa terbentuk garam natrium bukan asam karboksilat sendiri.Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan larutan natrium hidroksida yang berlebih, tidak akan ada ester yang tersisa. Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan dengan distilasi. Pemisahan ini cukup mudah. Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus menambahkan asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke dalam larutan yang tersisa setelah distilasi pertama.
Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam garam membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung. Sekarang asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi.
4.      Hidrolisis ester-ester kompleks untuk membuat sabun
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan larutan natrium hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak dan minyak hewani dan nabati.
Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan nabati dipanaskan dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis sama dengan reaksi pada ester-ester sederhana.
Terbentuk asam karboksilat - kali ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam oktadekanoat (asam stearat). Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting, yaitu komponen yang melakukan pembersihan.
Juga terbentuk alkohol - kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol (gliserol). Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang disebut sebagai saponifikasi.
5.      Reaksi  ester dengan pereaksi Grinard
   Ester bereaksi dengan dua ekuivalen pereaksi grinard menghasilkan alkohol tersier. Reaksi berlangsung melalui serangan nukleofil pada gugus karbonil ester. Hasil awalnya, keton, bereaksi lebih lanjut menghasilkan alcohol tersier.
Metode ini digunakan dalam pembuatan alcohol tersier damana paling sedikit dua dari 3 gugus alkil yang melekat pada atom karbon adalah identik.
6.      Reduksi Ester
Ester dapat direduksi dengan litium hidrida menjadi alcohol
     O
                                                  LiAlH4 
                 R         C       OR’                           RCH2OH +  R‘OH
                         (ester)                                        (alkohol primer)

2.7  Etil Aseta
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer.
Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol:
CH3CO2C2H5 + NaOH → C2H5OH + CH3CO2Na


Etil asetat
Description: Etil asetatDescription: Etil asetat
Informasi
Etil etanoat
Etil asetat
Nama alternatif
Etil ester
Ester asetat
Ester etanol
C4H8O2
88.12 g/mol
0.897 g/cm³, cairan pada 30C
−83.6 °C (189.55 K)
77.1 °C (350.25 K)
Penampilan
Cairan tak berwarna
            Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang berlebihan dalam suasana asam.
2.Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung melalui pertukaran atom unsur dua molekul yang meliputi pelepasan Oag dan reaksi itu pada wujudnya tidak dihalangi oleh adanya gugus alkil yang bercabang. Kelemahan cara ini adalah panjangnya prosedur dan mahalnya biaya.
Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.
3.Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol.








Mekanisme pembentukan etil asetat yaitu:
Gambar 2.5 Mekanisme Pembentukan Etil Asetat (Clark,2007).
2.8  Asam Asetat
Asam asetat adalah senyawa kimia organic yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk  CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7 0 C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,setelah asam format. Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam lemah,artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H- dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industry yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat,selulosa asetat,dan polivinil asetat,maupun berbagai macam serat kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Sifat-sifat dari Asam Asetat ialah :
  • Nama Sistematis       :  Asam etanoat, asam asetat
  •  Nama Alternatif        : Asam metanakarboksilat, hidrogen asetat,   asam cuka
  •  Rumus Molekul        : CH3COOH
  •  Massa Molar             : 60,05 gr/mol
  •  Titik lebur                 : 16,5 C

2.9  Asam Sulfat
Asam Sulfat ( H2SO4 ) merupakan asam mineral ( Anorganik ) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan, asam sulfat mempunyai kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% pada umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Berikut adalah sifat-sifat asam sulfat.
 Sifat – sifat Asam Sulfat ialah :
·        Nama sintesis              : Asam sulfat
·        Rumus molekul           : H2SO4
·        Massa molar                : 98,078 gr/mol
·        Penampilan                  : Bening, tidak berwarna, tidak berbau
·        Densitas                      : 1,84 gr/cm3 , cairan
·        Titik leleh                    : 10oC, 283 K, 50o F
·        Titik didih                   : 290o C, 563oK, 554oF
·        Kelarutan dalam air     : Bercampur penuh
·        Viskositas                    : 26,7 CP pada 20oC
·        Klasifikasi                   : Sangat korosif
·        Titik nyala                   : Tak ternyalakan

2.10          Kegunaan Ester
Kegunaan ester dalam kehidupan sehari hari yaitu (Tine maria kusvati,2007)
·        Senyawa alkil alkanoat dengan rantai pendek (yang berasal dari asam alkanoat suku rendah dengan alkanol suku rendah ) banyak terdapat dalam buah buahan yang menimbulkan aroma dari buah tersebut,sehingga disebut ester buah buahan. Senyawa ini banyak disintesis sebagai penambah rasa atau esense
·        Alkil alkanoat yang berasal dari glierol dengan asam alkanoat suku rendah atau tinggi(minyak atau lemak),digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan sabun atau mentega
·        Alkil alkanoat dari alkanol suku tinggi dan asam alkanoat suku tinggi. Ester ini disebut lilin,lilin ini berbeda dengan lilin hidrokarbon (lilin paraffin). Kegunaanya adalah sebagai pemoles mobil atau lantai

1 komentar: