2.1 Aspirin
2.1.1
Sejarah Penemuan Aspirin
Lebih dari 2500 tahun silam, kurang
lebih 500 SM, ahli-ahli obat-obatan Cina menggunakan kulit pohon (willow bark),
yang merupakan cikal bakal aspirin, sebagai obat untuk mengobati penyakit yang
ringan. Sepraktikanr 400 SM, Hipokrates seorang Yunani yang sering diakui
sebagai bapak obat-obatan, menyarankan bahwa mengunyah kulit pohon dapat mengurangi
demam dan rasa sakit. Lima ratus tahun sesudah Hipokrates, Dioscrorides,
seorang dokter Yunani, menggunakan kulit pohon untuk mengurangi inflammation
pada pasiennya. Hal-hal di atas menunjukkan penggunaan kulit pohon sebagai
cikal bakal dari aspirin. Pada pertengahan abad ke-18, Reveren Edward Stone
dari Oxford mulai melakukan eksperimen dengan berbagai cara untuk mengurangi
demam. Stone menghancurkan satu pound kulit pohon yang dikeringkan dan
memberikannya kepada 50 orang yang demam selama beberapa tahun. Dia mencoba
mencampurkan bubuk kulit pohon tersebut dengan teh, air dan bahkan bir. Dengan
beberapa pengecualian, demam yang diderita pun hilang. Mungkin ini merupakan
bukti nyata tetapi Stone tidak mengetahui bahwa ia sebenarnya melanjutkan
pekerjaan ribuan tahun yang lalu. Pada tahun 1763 The Royal Society of
London mempublikasikan kesuksesan Stone dalam menemukan kemampuan kulit
pohon willow untuk menurunkan demam. Masih memakan waktu beberapa tahun
untuk dapat menjadikan kulit pohon willow menjadi obat.
2.1.2
Sejarah Penamaan Aspirin
Pada tahun 1828, ahli kimia Itali
Raffaele Piria dan apoteker Perancis Henri Leroux menemukan dan memisahkan
bahan aktif yang terkandung di dalam kulit pohon. Karena nama Latin dari pohon
willow putih adalah Salix alba, senyawa baru yang terkandung di dalam kulit
pohon itu dinamakan salicin. Sepuluh tahun kemudian, ahli kimia Perancis
berhasil memisahkan senyawa yang lebih murni dan dikenal dengan nama asam
salisilat. Asam salisilat menjadi dasar dari banyak produk farmasi lainnya
termasuk asam asetil salisilat, yang dikenal dengan nama aspirin pada saat
sekarang ini. Walaupun asam salisilat memiliki banyak kegunaan, namun ada efek
samping yang tidak disukai yaitu menyebabkan iritasi pada lambung. Penelitian
dilakukan untuk menetralisir keasaman asam salisilat dengan natrium, dan dengan
mengkombinasikan natrium salisilat dan asetil klorida, namun usaha ini masih
belum berhasil. Baru pada tahun 1899, ilmuwan yang bekerja pada Bayer, Felix Hoffman
berhasil menemukan asam asetilsalisilat yang lebih ramah ke lambung. Kemudian
produk ini diberi nama aspirin, a- dari gugus asetil, -spir- dari nama bunga
spiraea , dan –in merupakan akhiran untuk obat pada waktu itu.
2.1.3
Pengertian Aspirin
Aspirin juga disebut asam asetil salisilat atau Acetyl salicyl acid yang merupakan
kristal jarum berwarna bening yang dapat diperoleh dengan cara acetylasi
senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan acetate anhidrat dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat pekat.
Pada pembuatan aspirin, asam salisilat berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya
berlangsung pada gugus hidroksi. Gugus hidroksi dari asam salisilat akan bereaksi
dengan acetyl dari asetat anhidrat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi
(Fessenden,1989).
Titik leleh aspirin di atas 70oC. Aspirin tidak
larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam salisilat sebagai bahan baku aspirin
merupakan senyawa turunan asam benzoat yang merupakan asam lemah yang memiliki
sifat sukar larut dalam air. Oleh karena itu, dalam pembuatan aspirin dilakukan
penambahan air. Hal ini bertujuan agar terjadi endapan aspirin. Reaksi ini juga
di lakukan pada air yang dipanaskan agar mempercepat tercapainya energi
aktivasi. Selain pemanasan juga dilakukan pendinginan yang dimaksudkan untuk
membentuk kristal, karena ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin dalam
larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan melalui
proses nukleasi (induced nucleation).
2.1.4 Sifat – Sifat
Aspirin
A. Sifat fisika
Ø Rumus
molekulnya C9H8O4 dan
dengan berat molekulnya 180,2 serta berat jenisnya 1.40 g/cm3
Ø Titik
didihnya adalah 140 oC dengan
titik lebur 138 oC – 140 oC
Ø Nama
lainnya (sinonim) 2-acetyloxybenzoic acid
Ø Larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, larut dalam
kloroform,dan dalam eter, sukar larut
dalam eter mutlak
B. Sifat Kimia
Ø
Tidak mudah
terbakar, disimpan pada tempat yang steril (Austin, 1984).
Gambar 2.1 Struktur Kimia Aspirin (Hendriayana,2003)
2.2 Kerja
Aspirin
Bahan
aktif dalam aspirin, asam salisilat asetil, merupakan turunan sintetis dari
senyawa, salisin, yang terjadi secara alami pada tanaman, terutama pohon
willow. Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai
prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang terlibat dalam
pembentukan prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak
berbalik apabila aspirin mengasetil enzim tersebut.
Prostaglandins
ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek di dalam tubuh
termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan termostat hipotalamus.
Tromboksan pula bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet. Serangan
jantung disebabkan oleh penggumpalan darah dan rangsangan sakit
menuju ke otak. Oleh karena itu, pengurangan gumpalan darah dan
rangsangan sakit ini disebabkan konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit
dianggap baik dari segi pengobatan.
Namun,
efeknya darah lambat membeku menyebabkan pendarahan berlebihan bisa terjadi.
Oleh karena itu, mereka yang akan menjalani pembedahan
atau mempunyai masalah pendarahan tidak diperbolahkan mengonsumsi aspirin.
Gambar 2.2 Kerja Aspirin dalam tubuh (Hendriayana,2003).
Dosis harian
kecil aspirin dapat membantu mencegah penyakit seperti serangan jantung, stroke
dan kerusakan kebutaan dan ginjal yang diderita oleh banyak pasien dengan
diabetes. Berikut kerusakan yang disebabkan oleh gumpalan yang menghambat
pembuluh darah utama. Ada banyak cobaan
untuk menguji manfaat jangka panjang dari penggunaan aspirin sebagai obat
pencegahan. Dr Colin Baigent, salah satu dokter yang terlibat, telah mengklaim
bahwa penggunaan yang lebih luas aspirin pada dosis rendah dapat menyimpan
hingga 100.000 jiwa per tahun di seluruh dunia.